Rabu, 17 Oktober 2012

Taik Kuccing


      Kucing tergolong hewan pembersih yang menutupi kotorannya usai buang air. Menggunakan kaki depannya kotoran ditutup. Entah ini yang berkesan, Seorang pejabat teras di pemkab Dairi lagi demam mengucapkan istilah ciptaannya sendiri “ taik kuccing” kala kesal dan marah.
Entah apa latar belakang hingga pejabat yang satu ini gemar akan istilah jorok itu. Mungkin juga karena dia tertarik memperhatikan kucing lagi kotoran. Mungkin juga baginya taik kuccing sangat berarti dan keren.
      Kebiasaan buruk memang menjadi bagian dari manusia. Bahkan ketika tidak ada yang menegur kebiasaan buruk itu semakin menjadi-jadi. Apalagi kalau sudah menjadi pejabat teras siapa yang berani menegur hingga ucapan “Taik Kuccing “ menjadi sarapannya saat dia kesal dan marah. Entah mengapa juga dia teringat kotoran kucing setiap kali dia marah. Cukup misteri  memang namun itu keren dan menjadi pilihannya.
      Mungkin sudah sulit baginya merubah kebiasaan buruk itu karena syaraf mulut sepertinya sudah terhubung langsung dengan otaknya yang sudah terprogram dengan taik kucing. Sebagai bos tidak mungkin ada yang berani menegur apalagi dia sudah merasa Tuhan yang nyata di dunia. Yang bisa menghabisi atau mengangkat  karir seseorang. Lebih baik juga bawahan meniru istilah itu agar populer. Karena bukankah seorang bawahan ikut saja pimpinannya? Sekalipun itu jelek, jorok dan kotor tetapi pimpinan harus di tiru jika mau aman.
      Karena istilah ini jorok maka Untuk pembelaan diri bilang aja istilah “ taik kuccing “ itu jauh lebih bermartabat dan keren daripada mengucapkan “ taik burung”. Bayangkan kalau pejabat ini setiap marah menyebut taik burung. Disamping kurang kreatif  juga bisa diplesetkan. Jadi taik kuccing lebih baik dari taik burung. He..he…he…
      Jadi menurutku pemilihan istilah “Taik Kuccing” itu sudah luar biasa. Sebanding dengan predikat S2 yang disandangnya dari perguruan tinggi yang menelorkannya. Istilah taik kuccing yang dipopulerkannya itu sesuatu yang hebat sebading dengan jabatannya.
      Banyak kalangan yang menyebut kalau pejabat yang satu ini telah banyak berubah sejak menduduki jabatan baru. Dia berubah arogan, sombong dan lupa diri. Dia juga sok dan merasa seorang kaisar yang selalu benar dalam tindakannya.  Hanya satu yang tidak berubah darinya yakni ukuran tubuhnya.
      Karena penasaranku ku telusuri masa lalunya. Ternyata tidak jauh beda denganku hanya orang kecil bahkan sangat kecil. Nasib jualah yang membawanya bersinar. Soal SDM biasa-biasa saja. Namun ketika kekuasaan ditangannya membuatnya lupa diri. Biasalah ketika bos semua macam betul aja. Aku hanya kagum saja dengan nasibnya namun tidak pernah kagum dengan kemampuannya.
      Tidak dapat dipungkiri dengan era seperti sekarang sepertinya seorang pimpinan hanya memakai dua pasal. Pasal 1 Pimpinan tidak pernah salah dan pasal 2 apabila salah lihat pasal 1. Inilah yang membuat kawan kita yang satu ini terlihat hebat. Tetapi tidak apa-apa. Aku juga gak muna jika saja aku bernasib seperti itu aku juga akan melakukannya. Namun aku tidak akan pilih istilah Taik kuccing. Aku akan pakai istilah “Prompompom” . Jadi kalau aku kesal cukup aku bilang “ woi prompompoim kau” jadi orang tidak akan menilai aku jorok. Di lain pihak emaosiku sudah tersalur meski itu terdengar lucu dan tidak seram. Tapi itu lebih baik dari para kata-kata jorok (Chief Of Editor)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar