Seorang PPS Silima Pungga Punga diberondong
pertanyaan mengapa mengistruksikan KPPS menomori surat suara Pilkada Dairi 10
Oktober lalu. “apa anda mau berbuat curang dengan menomori surat suara?” dengan
gugupnya PPS yang juga seorang PNS ini berkata “ Tidak pergi pikiran ke situ”
mungkin terjemahan langsung dari bahasa batak
“ Dang Lao Roha Tu si”. Hehehehe
Seorang kabid di dinas pendidikan Dairi
juga tidak jauh beda saat tersudut menjawab pertanyaan wartawan atas kasus
dugaan korupsinya menjawab tidak pergi pikiran ke situ. Bahasa indonesia yang
kelewatan dan lumayan menyeramkan.
Tulisan kali ini bukan membahas soal ibu
guru yang PPS di silima Pungga Pungga ini juga bukan oknum kabid di diknas yang
bahasa indonesianya huruf besar semua itu.
tetapi membahas pola pikir kreatif dan daya imajinasi tinggi. Jadi
pikiran harus pergi ke situ (Ikkon lao do roha tu si) .Konon sepuluh ekor
kerbau telah disiapkan untuk diptong jika Mahkamah Konstitusi memenangkan
sengketa pilkada Dairi yang kini tengah bergulir.
Di Jaman Nabi Sulaiman hewan dan binatang
dapat berkomunikasi dengan rasul ini. Andai saja di tahun 2013 ini Nabi
tersebut masih hidup barang kali 10 ekor kerbau ini akan menyampaikan curhatnya
akan rasa khawatir menghitung hari. Tentu
10 ekors kerbau ini siang malam berdoa agar MK memutuskan pilkada Dairi ulang.
Kerbau ini pasti menyampaikan galau mendalam betapa usia mereka tinggal beberapa
hari lagi ketika MK memutuskan ok…ok..ok….
Mungkin kerbau-kerbau ini setiap harinya
berbincang tambah satu hari maka berkurang juga satu hari usia mereka. Semakin hari semakin dekat
.Sungguh Tuhan maha Adil tidak ada lagi manusia yang diberikan kemampuan
berkomunikasi dengan kerbau. Andai saja ada maka akan banyak manusia melepas
kerbau yang resah menanti hari eksekusi
tersebut.
Pelajaran berharga dari nasib kerbau ini
harus kita petik pertama Kita harus bersyukur pada Tuhan yang telah menciptakan
kita jadi menusia. Tentu Tuhan punya hak penuh menentukan nasib apapun di muka
bumi ini . Jika Tuhan menciptakan kita menjadi seekor kerbau memang bisa protes
? Yang kedua betapa tidak enaknya menjadi kerbau hanya pelengkap penderita saat
manusia bergembira. Saat manusia merayakan kegembiraan nyawanya melayang. Dan
ketiga sesungguhnya banyak manusia yang nasibnya seperti kerbau. Tinggal dicucuk
hidungnya maka siap melakukan apapun
untuk menyenangkan majikannya. Tidak pandang jenis majikan karena mudah saja
bersembunyi dibalik satu kata “loyalitas”
Bukan rahasia lagi karena takutnya banyak
manusia akhirnya memilih bermental seekor kerbau .Takut tidak dapat jabatan.
Takut keluarganya dimutasi, takut kembali menjadi staf biasa akhirnya memilih
jalan hidup persis seekor kerbau. Demi jabatan rela melanggar aturan. Demi
jabatan rela melakukan dosa. Dan demi jabatan sanggup melakukan tindakan jahat
. Dan paling mengkhawatirkan sanggup menghianati diri sendiri.
Betapa saya bahagia
sekali tidak dijadikan seekor kerbau sehingga saya tidak harus menarik pedati,
Saya tidak membajak sawah dan saya tidak merasakan pedasnya sabetan cemeti demi
menyenangkan majikan. Jadi menjadi seekor kerbau ? Tidak pergi pikiran kesitu…hehehehe (Chief
of Editor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar