Rabu, 04 Juni 2014

Duel Gajah vs Semut



Sidikalang-Dairi Pers : Komisioner KPU, Hadar Nafis Gumay, di Gedung KPU, Jakarta Pusat selasa (20/5) menyatakan pendaftaran capres tutup dan hanya diikuti dua pasangan Capres Joko Widodo- Jusuf Kalla dan pasangan Prabowo Subianto- Hatta Rajasa. 
Dipastikan pemilihan presiden hanya berlangsung satu putaran. Namun melihat poros yang terbentuk dengan parpol raksasa di kubu Prabowo dipastikan pertarungan ini bakal Duel “ Gajah VS Semut”
Pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla maju diusung partai yang ramping yakni Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan18,95 % suara Pemilu  , Partai Nasdem 6,72 % , Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 9,04 % , dan Partai Hanura 5,26 % sehingga persentasi partai pendukung total  37 % .
Adapun duet Prabowo-Hatta disokong oleh koalisi enam partai, yakni Partai Gerindra 11, 81 %, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 6,53% , Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 6, 79% , Partai Amanat Nasional (PAN) 7,59 , Partai Golkar 14,75 %, dan Partai Bulan Bintang (PBB). 1, 46 % sehingga total parpol pendukung pasangan Prabowo- Hatta 52%.
Melihat kondisi parpol pendukung Parobowo- Hatta dengan dukungan parpol terbesar dan berpengalaman. Dipastikan pertarungan untuk RI 1 ini ibarat duel “ Gajah VS Semut”.  Bergabungnya partai Islam dan di menit-menit terakhir masuknya partai Golkar membuat kubu Prabowo sukses dari dukungan parpol. Banyak yang memperkirakan partai democrat yang telah menetapkan  sebagai netral namun ikatakan keluarga bersama Hatta Rajasa kemungkinan SBY sebagai ketua Umum Demokrat akan menyebelah dengan kubu Prabowo. Namun tidak sedikit memperkirakan sikap negarwan SBY akan membiarkan dua kubu ini bertarung fair.
Meski sejumlah partai besar menyatakan bergabung dengan kubu prabowo tidak serta merta menjadi garansi atas pasangan ini menduduki kursi pemerintahan. Calon pemilih lebih kepada vigur sedang partai pendukung hanya kendaraan politik saja sebagai persyaratan pencalonan. Di lain pihak koalisi partai gemuk juga berpengaruh pada kerepotan dan ego masing-masing parpol pendukung. Serta merta cost untuk menggerakkan parpol pendukung bukan menjadi urusan sederhana. Namun demikian jika kubu ini sanggup menggerakkan mesin parpol pendukung maka akan menjadi mudah bagi pasangan ini untuk menduduki istana Negara.
Sebaliknya parpol Pendukung pasangan Jokowi- Jussuf Kalal meski terlihat ramping tidak dapat dianggap sebelah mata. Partai Nasdem, PKB dan Hanura serta PDI-P sebagai partai pendukung dikenal dengan militansi kader Parpol. Justru metode yang diterapkan kubu” semut” ini diyakini jauh lebih tidak beresiko terhadap pemerintahan yang terbentuk. Koalisi tanpa bagi-bagi kursi Parpol dianggap langkah maju tidak seperti pemerintahan sebelumnya dimana yang menjadi menteri adalah ketua ketua Parpol dalam pemerintahan. Langkah berbeda dari pemerintahan SBY ini dinilai sejumlah pemilih terdidik sebagai langkah paling nyaman menyelamatkan negara.
Kubu Jokowi-Jusuf Kalla justru diperkirakan bukan lawan mudah karena pemilihnya hampir seluruhnya berasal dari kaum awam dengan berbagai latar propesi . Kubu ini justru bergerak didukung relawan Jokowi yang bebas dari Parpol. Ada ratusan nama group relawan yang tersebar se Indonesia yang bergerak tanpa biaya dari Capres. Unit-unit yang langsung terjun ke masyarakat ini justru menggantikan peran kader parpol yang turun untuk bersosialiasi.
Banyak pemerhati menyebutkan langkah kubu “semut” ini jauh lebih efektif dan bernilai ketulusan . Kehadiran group music anak muda Slank dan Kotak menyatakan dukungan kepada kubu Jokowi-JK justru menjadi tren baru.  Group music papan atas yang digandrungi kaum muda ini menyatakan dukungan dan akan melakukan konser music di kota-kota di Indonesia mensukseskan dukungan kepada  Jokowi- JK.
Diperkirakan kubu Jokowi-JK akan dipilih pemilih cerdas yangberasal dari kaum muda dan pemilih pemula karena sangat jelas arah visi misi yang dibawakan yakni perubahan dan menuntaskan reformasi.  Sedang kubu Prabowo lebih di dominasi pemilih sectarian dan kaum tua dari pendukung Golkar. Namun demikian bergabungnnya partai Golkar ke kubu Prabowo ini dianggap banyak pengamat bukan menjadi hal menguntungkan secara signifikan. Parpol PKS yang juga mendukung kubu koalisi gemuk ini juga akan berpengaruh pada penilaian rakyat dimana sepertinya PKS identik ingin membubarkan KPK. Padahal dimata rakyat KPK masih sangat dibutuhkan.  Disisi lain perseteruan PPP sebelum menjatuhkan pilihan ke kubu Prabowo juga bukan hal sepele. Partai ini pernah pecah karena sebahagiannya mendukung Jokowi. Demikian juga Golkar meski pada menit terkahir menjatuhkan pilihan ke Praboweo namun hasil Rapimnas VI sebagian besar pengurus DPD I mengusulkan bergabung ke kubu Jokowi.
Bukan itu saja sejumlah petinggi Golkar seperti Luhut panjaitan juga menyatakan mendukung Jokowi- JK, Fahmi Idris juga menyampikan hal yang sam dan beberapa petinggi lainnya.
Fakta yang terjadi meski secara dukungan parpol Kubu Prabowo- Hatta di dukung partai besar dan jumlahnya lebih besar. Namun yang terjadi kader parpol terlihat pecah. Kader Partai golkar diketahui pecah. Partai PPP juga dengan jalan panjang hingga menyatakan ke Prabowo. Namun sejumlah pemilih Jokowi dikubu PPP belum tentu mengikuti arah ketua Umum surya Dharma Ali. Sementara itu Hanura juga diketahui pecah. Hari Tanu sepertinya merapat ke Prabowo meski ketua Umumnya Wiranto menyatakan mendukung Jokowi. Kubu PKB juga demikian Rhoma Irama yang pernah dicalonkan capres dari partai ini hengkang ke kubu Prabowo.
Melihat fakta ini sesungguhnya parpol hanya kendaraan politik yang menjadi syarat administrative  pendaftaran namun tidak ada gransi memastikan perolehan suara pemilu juga akan sama untuk Pilpres.
Dugaan parpol hanya kendaran politik semakin dimungkinkan karena pemilu ini adalah memilih vigur dan bukan memilih parpol. Siapakah dua kubu ini yang menjadi pemerintah lima tahun ke depan? Kembali kepada rakyat menentukan. Namun kedua vigur ini mempunyai plus minus untuk membawa Indonesia kearah lebih maju. (R.07)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar