Sidikalang-Dairi Pers : Komisioner KPU,
Hadar Nafis Gumay, di Gedung KPU, Jakarta Pusat selasa (20/5) menyatakan
pendaftaran capres tutup dan hanya diikuti dua pasangan Capres Joko Widodo-
Jusuf Kalla dan pasangan Prabowo Subianto- Hatta Rajasa.
Dipastikan pemilihan presiden hanya berlangsung
satu putaran. Namun melihat poros yang terbentuk dengan parpol raksasa di kubu
Prabowo dipastikan pertarungan ini bakal Duel “ Gajah VS Semut”
Pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla maju diusung partai yang
ramping yakni Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan18,95 % suara Pemilu , Partai Nasdem 6,72 % , Partai Kebangkitan
Bangsa (PKB) 9,04 % , dan Partai Hanura 5,26 % sehingga persentasi partai
pendukung total 37 % .
Adapun duet Prabowo-Hatta disokong oleh koalisi enam partai,
yakni Partai Gerindra 11, 81 %, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 6,53% ,
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 6, 79% , Partai Amanat Nasional (PAN) 7,59 ,
Partai Golkar 14,75 %, dan Partai Bulan Bintang (PBB). 1, 46 % sehingga total
parpol pendukung pasangan Prabowo- Hatta 52%.
Melihat kondisi parpol pendukung Parobowo- Hatta dengan dukungan
parpol terbesar dan berpengalaman. Dipastikan pertarungan untuk RI 1 ini ibarat
duel “ Gajah VS Semut”. Bergabungnya
partai Islam dan di menit-menit terakhir masuknya partai Golkar membuat kubu
Prabowo sukses dari dukungan parpol. Banyak yang memperkirakan partai democrat
yang telah menetapkan sebagai netral
namun ikatakan keluarga bersama Hatta Rajasa kemungkinan SBY sebagai ketua Umum
Demokrat akan menyebelah dengan kubu Prabowo. Namun tidak sedikit memperkirakan
sikap negarwan SBY akan membiarkan dua kubu ini bertarung fair.
Meski sejumlah partai besar menyatakan bergabung dengan kubu
prabowo tidak serta merta menjadi garansi atas pasangan ini menduduki kursi
pemerintahan. Calon pemilih lebih kepada vigur sedang partai pendukung hanya
kendaraan politik saja sebagai persyaratan pencalonan. Di lain pihak koalisi
partai gemuk juga berpengaruh pada kerepotan dan ego masing-masing parpol
pendukung. Serta merta cost untuk menggerakkan parpol pendukung bukan menjadi
urusan sederhana. Namun demikian jika kubu ini sanggup menggerakkan mesin
parpol pendukung maka akan menjadi mudah bagi pasangan ini untuk menduduki
istana Negara.
Sebaliknya parpol Pendukung pasangan Jokowi- Jussuf Kalal meski
terlihat ramping tidak dapat dianggap sebelah mata. Partai Nasdem, PKB dan
Hanura serta PDI-P sebagai partai pendukung dikenal dengan militansi kader
Parpol. Justru metode yang diterapkan kubu” semut” ini diyakini jauh lebih tidak
beresiko terhadap pemerintahan yang terbentuk. Koalisi tanpa bagi-bagi kursi
Parpol dianggap langkah maju tidak seperti pemerintahan sebelumnya dimana yang
menjadi menteri adalah ketua ketua Parpol dalam pemerintahan. Langkah berbeda
dari pemerintahan SBY ini dinilai sejumlah pemilih terdidik sebagai langkah
paling nyaman menyelamatkan negara.
Kubu Jokowi-Jusuf Kalla justru diperkirakan bukan lawan mudah
karena pemilihnya hampir seluruhnya berasal dari kaum awam dengan berbagai
latar propesi . Kubu ini justru bergerak didukung relawan Jokowi yang bebas
dari Parpol. Ada ratusan nama group relawan yang tersebar se Indonesia yang
bergerak tanpa biaya dari Capres. Unit-unit yang langsung terjun ke masyarakat
ini justru menggantikan peran kader parpol yang turun untuk bersosialiasi.
Banyak pemerhati menyebutkan langkah kubu “semut” ini jauh lebih
efektif dan bernilai ketulusan . Kehadiran group music anak muda Slank dan
Kotak menyatakan dukungan kepada kubu Jokowi-JK justru menjadi tren baru. Group music papan atas yang digandrungi kaum
muda ini menyatakan dukungan dan akan melakukan konser music di kota-kota di
Indonesia mensukseskan dukungan kepada
Jokowi- JK.
Diperkirakan kubu Jokowi-JK akan dipilih pemilih cerdas
yangberasal dari kaum muda dan pemilih pemula karena sangat jelas arah visi
misi yang dibawakan yakni perubahan dan menuntaskan reformasi. Sedang kubu Prabowo lebih di dominasi pemilih
sectarian dan kaum tua dari pendukung Golkar. Namun demikian bergabungnnya
partai Golkar ke kubu Prabowo ini dianggap banyak pengamat bukan menjadi hal
menguntungkan secara signifikan. Parpol PKS yang juga mendukung kubu koalisi
gemuk ini juga akan berpengaruh pada penilaian rakyat dimana sepertinya PKS
identik ingin membubarkan KPK. Padahal dimata rakyat KPK masih sangat
dibutuhkan. Disisi lain perseteruan PPP
sebelum menjatuhkan pilihan ke kubu Prabowo juga bukan hal sepele. Partai ini
pernah pecah karena sebahagiannya mendukung Jokowi. Demikian juga Golkar meski
pada menit terkahir menjatuhkan pilihan ke Praboweo namun hasil Rapimnas VI
sebagian besar pengurus DPD I mengusulkan bergabung ke kubu Jokowi.
Bukan itu saja sejumlah petinggi Golkar seperti Luhut panjaitan
juga menyatakan mendukung Jokowi- JK, Fahmi Idris juga menyampikan hal yang sam
dan beberapa petinggi lainnya.
Fakta yang terjadi meski secara dukungan parpol Kubu Prabowo-
Hatta di dukung partai besar dan jumlahnya lebih besar. Namun yang terjadi
kader parpol terlihat pecah. Kader Partai golkar diketahui pecah. Partai PPP
juga dengan jalan panjang hingga menyatakan ke Prabowo. Namun sejumlah pemilih
Jokowi dikubu PPP belum tentu mengikuti arah ketua Umum surya Dharma Ali.
Sementara itu Hanura juga diketahui pecah. Hari Tanu sepertinya merapat ke
Prabowo meski ketua Umumnya Wiranto menyatakan mendukung Jokowi. Kubu PKB juga
demikian Rhoma Irama yang pernah dicalonkan capres dari partai ini hengkang ke
kubu Prabowo.
Melihat fakta ini sesungguhnya parpol hanya kendaraan politik
yang menjadi syarat administrative
pendaftaran namun tidak ada gransi memastikan perolehan suara pemilu
juga akan sama untuk Pilpres.
Dugaan parpol hanya kendaran politik semakin dimungkinkan karena
pemilu ini adalah memilih vigur dan bukan memilih parpol. Siapakah dua kubu ini
yang menjadi pemerintah lima tahun ke depan? Kembali kepada rakyat menentukan.
Namun kedua vigur ini mempunyai plus minus untuk membawa Indonesia kearah lebih
maju. (R.07)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar