Halaman

Rabu, 18 Juni 2014

Kontradiktif



            Tuhan telah menciptakan dua hal berbeda dan kontradiktif. Jika ada siang maka ada malam, ada besar ada kecil. Karena ada pria maka ada wanita. Ada pejabat dan ada penjahat. Ada bandit juga ada bandot. Keduanya berbeda  justru karena kontradiktif itulah  yang
membuatnya berharga. Ada juga penggabungan keduanya yang disebut peyimpangan contoh  pria dan wanita disebut waria, Penggabungan pejabat dan penjahat disebut koruptor penggabungan bandit dan bandot disebut “ama-ama naso tarpakke”
            PDI-P dan Gerindra dikenal kontradiktif dengan pemerintahan SBY selama 10 tahun. Dua partai bernyali ini membuktikan konsistensinya ketika partai yang lain memilih setuju dengan pemerintahan yang diawaki democrat. Namun dalam pencalonan presiden periode ini justru terlihat kontrakdiktif.  Partai yang sebelumnya mengelus elus SBY dan democrat akhirnya kontrakdiktif  saat pilpres 2014 . Alasan platform sama maka bergabung  menjadi alasan pembenaran. Tidak  ada perubahan AD/ART partai tetapi katakan platform sama. Itu berarti yang selama ini terjadi orang-orang yang menjalankan partai sesungguhnya yang menentukan platform partai . Jadi platform partai tergantung ketua Parpol.
            Lihat juga sejumlah kader parpol yang akhirnya pecah. Kop surat parpol ke salah satu capres tapi kadernya ke capres lain. Lihat juga sejumlah orang yang bermimpi jadi cawapres ternyata tidak terpenuhi malah bertindak kontradiktif menjadi lawan Capres yang diimpikan meminangnnya jadi cawapres.. Ada juga yang mati-matian dirinya berkampanye calon presiden eh tiba-tiba berkampanye hanya pendukung calon presiden.
            Dalam debat capres 9 Juni aku diperhadapkan dengan fakta betapa ada pasangan capres katakan tidak bagi-bagi kursi menteri ke partai padahal dalam wawancara televise sebelumnya pernah menjanjikan menteri senior kepada salah seorang ketua Parpol. Katakan perkuat KPK tetapi ada parpol pendukungnya yang ingin sekali KPK dibubarkan. Benar-benar sebuah pernyataan dan perbuatan  yang kontrakdiktif disaksikan seluruh masyarakat Indonesia.
            Namun itulah sepenggal kisah  mental dan fakta betapa sesuatu yang kontradiktif selalu menghiasi dan jelas jelas memang ada dan wujud dalam kehidupan. Boleh meniru atau bahkan memberikan sumpah serapah rasa tidak simpati . Namun itu semua bagian dari proses yang harus diberikan penilaian dan pelajaran.
            Dialam pemerintahan sebelum mendapatkan kekuasaan sering mereka berteriak untuk kepentingan rakyat.  Demi rakyat kemakmuran dan pahlawan di mata rakyat. Namun tindakan kontradiktif terjadi saat kekuasan sudah ditangan.  Tindakan yang dilakukan untuk kepentingan prtibadi , Golongan, Kroni dan mempertahankan status quo. ( Chief Of Editor)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar