Halaman

Rabu, 04 Juni 2014

Junimart Girsang Dimata Sahabat Kecilnya



Sidikalang-Dairi Pers : Dimata orang lain mungkin saya hanya seorang jelata yang setiap harinya berkeliling menjual barang dagangan yang tidak seberapa harganya. Saya menyadari prinsip keumuman manusia dalam kehidupan masih menempatkan
materi dan penampilan untuk mendapat pengakuan. Merupakan suatu kebanggaan yang tidak dapat saya ungkapkan dengan kalimat bisa mendapat kerpercayaan seorang DR. Junimart Girsang, SH, MH, MBA Pemilu silam . Meski beliau sekaliber nasional namun beliau bisa menerima orang dari kalangan apapun untuk bersahabat dengannya.
       Demikian Ingot Silaban sahabat kecil  Junimart Girsang yang pemilu silam mendapat satu tiket duduk di kursi Senayan. Ingot Silaban yang dikenal piawai dalam mengoalah singkatan-singkatan dalam bentuk kalimat lucu dan tepat itu menyebutkan akan muncul dugaan beraneka ketika saya berkomentar di Koran. Komentar miring seperti tidak layak, cemoohan  sudah pasti muncul namun bagi saya tidaklah menjadi sebuah bosa  untuk mengatakan apa yang dirasakan ketika berjumpa dengan seorang pengacara kondang.
       “ Terus terang saya tidak pernah mendapat pujian dari siapapun bahkan mungkin dihargai orang lain . Namun apa yang saya rasakan sejak setahun silam mendengar Junimart Girsang terjun ke dunia politik menuju Senayan. Saya ikut berdoa dan setidaknya menceritakan masa lalu seorang junimart dan berharap orang tertarik dan menjatuhkan pilihan. Saya hanya punya modal mulut dan memori akan masa lalu ketika kami kecil. Dan itulah yang saya dapat berikan kepada seorang sahabat untuk impiannya. Bukan untuk dihargai atau mendapat imbalan akan usaha itu. Namun saya ingin mengatakan sikap menghargai orang lain, Tidak sombong , tidak arogan merupakan modal utamanya dalam meraih sejumlah prestasi sukses.” Sebut Silaban.
       Masa kecil kami menghabiskan waktu bermain bola di halaman gedung nasional. Pada masa itu tidak ada yang menduga di usia tua kelak menjadi apa.  Masa kecil Saya tidak pernah berpikir menjadi begini dan saya tidak pernah terbayang seorang junimart menjadi seperti sekarang. Namun itulah sebuah perjalanan bagaimanapun  manusia  yang terbaik adalah manusia yang  berguna kepada orang lain, sebutnya.
        Ingot menguraikan kalau dirinya sangat bangga bisa duduk berdekatan bahkan jika mendapat telepon dari  Junimart Girsang. Mungkin bagi orang lain ini sesuatu yang tidak istimewa namun bagi saya mungkin seorang Junimart adalah satu satunya  orang terkeren yang mau memberikan kepercayaan kepada saya” sebutnya sambil tersenyum.
       Saat dipertanyakan masa kecil  seorang Junimart Girang menurut Ingot Silaban sama dengan anak-anak lainnya di jaman itu bermain bola di gedung nasional. Mandi diparit jalan singamangaraja Sidikalang depan rumahnya. Dan juga sama seperti anak keumuman saat itu membantu orang tua dengan beternak di belakang rumah.
       Masa SMP juga mungkin masa jembatan menuju remaja juga diwaranai sedikit kenakalan usia ABG. Namun ada satu yang menjadi catatan saya seorang junimart kecil meski sama dengan anak keumuman namun dia disiplin dalam tugas seperti rutinitas belajar dan tanggung jawabnya membantu ekonomi orang tua mengurusi ternak di belakang rumah.
“ Yang membedakan kami pasti keberaniannnya hijrah ke pulau Jawa. Mengutamakan pendidikan sedang kami memilih bertahan di kampung halaman tanpa berani bersaing . Saya yakin sekolah dan pengalaman yang membuat orang sukses.  Kesusahan orang dirantau membuatnya  matang dan itulah motivasi yang jarang dimiliki orang orang yang memilih tinggal menjaga kampung halaman. Namun saya bangga memiliki sahabat sepertinya meski dihati kecil berharap kelak ada anak-anaknya yang bisa sesukses sahabat kecilnya itu” (R.07)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar